Senin, 17 Juni 2013

When House Is No Longer Mine

         Kubuka lagi pintu kamar yang sudah sering menjadi tempat melepaskan rasa rinduku pada mama. Dulu kamar ini tempat mama berdua menghabiskan waktu bersama papa. Tapi kini mama seakan lenyap ditelan bumi, ya mama telah meninggalkanku saat aku masih duduk di bangku SD. Aku sangat menyayangi mama tapi apa daya mama telah tiada sekarang hanya papa saja seorang yang mampu mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepadaku karena kebetulan sekali aku ini anak tunggal. Ku lihat sweeter mama yang masih tergantung rapi di dalam lemari dan ku peluk sweeter itu dengan lembut, "Ma aku kangen mama" hanya itu yang mampu ku ucapkan ketika pintu kamar terbuka dan ku lihat papa menghampiriku. Papa mendekatiku dan memelukku, "Papa sayang kamu Rosella, papa janji akan terus ada di samping kamu meskipun hanya seorang diri" air mataku pun keluar tanpa dapat ditahan lagi, aku membalas pelukan papa dan hanya diam yang mampu menyelimuti rasa rinduku kepada mama. Ya mama, mama yang telah berada jauh disana. Bagaimana keadaanmu ma? Aku rindu sekali.

*

           Matahari bersinar cukup terik sekali siang ini, aku masih duduk di kelas dengan seorang teman yang selalu menemaniku. "Sel, elo mesti tau Sel besok bakalan ada karnaval seru di Plaza Senayan Sel. Kesana yuk temenin gue, mau nggak?" aku hanya melirik Priska tanpa membalas pertanyaannya. Priska yang merasa pertanyaannya tidak di jawab malah cemberut sambil berkata
"Lo kenapa sih Sel? Kok kayanya hari ini gak mood banget kalau gue ajak ngobrol?"
"Lo pasti tau Ka apa penyebab gue gak mood gini kan kita udah sekelas dari SMP."
Priska menghembuskan napas dan menyahut "Iya gue ngerti tapi jangan sering-sering gitu dong. Biasakan lo kalau udah gak mood gini rutin ziarah, sekarang kenapa lo gak ziarah?" aku terdiam mendengar perkataan Priska, tidak terasa sudah satu bulan aku sibuk dengan tugas-tugas sekolahku tanpa sempat aku berkunjung ke makam Mamaku. Lalu...............
"Ka temenin gue yuk ziarah ke makan nyokap, please banget ka hari ini Mang Ucep gak bisa jemput gue."
"Demi lo apa sih yang nggak La, yuk jalan."

*

             Tok...tok...tok....
Aku berjalan membuka pintu kamarku dan ternyata papa yang mengetuk pintu kamarku. Tapi tumben sekali papa mengetuk pintu kamarku, karena penasaran aku bertanya kepada papa 
"Papa kenapa malam-malam ke kamar aku? Papa mau cerita sama aku?"
"Maaf ya sayang kalau papa ganggu kamu, papa cuma mau minta izin aja buat besok. Papa mau meminang ibu baru untuk kamu, bolehkah papa memberikan kamu ibu baru?"
Aku kaget dan sama sekali tidak percaya apa yang barusan papa katakan. Aku berusaha mencerna perkataan papa lagi tetapi sangat jelas di telingaku bahwa papa meminta restu dariku untuk memiliki istri lagi. Dengan sigap aku menjawab "Pa, apa ibu itu baik? Kenapa papa secepat itu pa? Kenapa papa gak bilang sama aku dari dulu pa, cerita tentang ibu baru itu. Ini semua masih terlalu cepat buat aku pa." Papa berusaha mimikirkan sesuatu agar aku dapat mengerti apa yang papa maksudkan selama ini.
"Maaf sayang, papa memang salah. Tapi papa sangat sedih setiap kali melihat kamu kesepian merindukan mama kamu dan papa tidak bisa mengganggu kamu atas itu semua nak."
"Iya pa tapi setidaknya papa kan bisa cerita sedikit sama aku tentang ibu itu."
"Maafkan papa nak."
"Ya sudahlah. Pa, Rosella seneng kok kalau papa bisa punya pendamping lagi tapi Rosella berharap papa gak akan pernah lupa sama Rosella meski nanti sudah ada mama baru untuk Rosella, janji ya pa."
"Baiklah papa janji." Aku memeluk papa dan tersenyum bahagia ketika melihat papa tersenyum. Sudah berapa lama aku merindukan senyuman itu dan senyuman seorang mama. Dan lagi aku teringat tentang mama, dalam hati ku berkata 'Ma sekarang papa sudah memberikan aku seorang ibu sebagai penerus mama disini'.

*

              Tepat sebulan aku menjalani hariku bersama ibu baru dan aku sudah dapat menerimanya dengan baik meski kadang aku berpikir bahwa ibu baru terkadang tidaklah seperti ibu kandung. Suatu malam ketika kami sedang makan bersama, papa bercerita panjang lebar tentang bagaimana pertama kali papa bertemu dengan mama baruku.
"Papamu itu memang pintar memikat hati wanita." kata mama baruku dan aku hanya tertawa saja mendengarnya. Aku berpikir sudah lama sekali semenjak almarhumah mama meninggal, aku bisa makan malam bersama papa. Sekarang tanpa harus meminta, aku dapat merasakannya sendiri.

*

              Selesai makan aku kembali ke kamarku dan sebelum aku menyusun jadwal sekolahku, ku cek handphone dan mendapati ada satu pesan masuk dari Riko. Lagi lagi dia lagi, dalam hati sebenarnya aku merasa senang mendapat pesan darinya tapi aku menolak kesenangan itu karena yang selama ini aku tahu, Riko itu salah satu playboy yang paling terkenal di sekolahku. Aku mengurungkan niatku untuk membalas pesan darinya tapi ada satu hal yang membuatku penasaran. Lalu dengan cepat aku balas pesan dari Riko dan setelah tanda delivery terpampang aku kembali ke niat awal untuk menyusun buku.

*

               "Rik dicariin Rosella tuh di taman." Riko berbalik dan tersenyum melihatku tersenyum dan dia berkata kepada Steven sesuatu yang tak dapat terdengar olehku. "Oke makasih ya bro." Sesaat setelah itu ia langsung menyambar tasnya dan berjalan dengan santai menuju tempat dimana aku menunggunya.
"Hai Sel udah lama gak ngobrol, jalan yuk."
"Tapi mau kemana? Aku gak bisa lama-lama soalnya ada janji sama Priska."
"Oke deh langsung to the point aja ya, gue suka sama lo Sel. Sebenernya udah lama tapi gue malu ngungkapin ini semua ke elo karena elo satu-satunya cewek yang gak pernah senyum saat ketemu gue meskipun elo udah kenal gue. Gue penasaran kenapa elo beda sama cewek-cewek lain tapi tunggu dulu, lo jangan mikir kalau gue bakal mainin lo seperti yang mereka bilang. Serius Sel kali ini gue mau coba buat jalanin hubungan yang gak main-main. Lo mau nggak jadi pacar gue?"
Perkataan itu tepat sekali menyentuh hatiku, sudah lama aku menantikan seseorang tempat untuk aku berbagi cerita, tempat aku mengeluarkan seluruh keluh kesahku, tempatku bersanding ketika aku rapuh dan semuanya lepas saat Riko mengucapkan kata-kata itu. Aku bingung untuk menjawabnya tetapi hanya anggukan yang aku berikan kepada Riko. Dan dengan cepat Riko memelukku, memelukku bahagia sambil berbisik "Makasih Sel. Aku akan selalu ada buat kamu, percaya padaku."

*

               Hari ini hari minggu, jam sepuluh aku terbangun dari tidurku. Seketika aku merindukan almarhumah mama, aku mendatangi kamar tempat biasa aku melepas rasa rindu itu. Namun belum sampai kamar itu, aku melihat pintu kamar terbuka dan mama baruku sedang memasukkan benda-benda yang berada di atas meja peninggalan alm. mama, aku terkejut dan langsung menghampiri mama.
"Ma mau diapakan barang-barang itu?"
"Ya mau dibuanglah, emang kamu kira mau diapakan lagi?"
"Tapi ma, papa gak akan rela mama ngebuang benda-benda peninggalan alm. mama"
"Ah udah diem aja deh kamu anak kecil, aku ini mama kamu dan aku gak mau suamiku masih teringat tentang mendiang istri lamanya. Sudah sana mending kamu pergi buang ini." Mama menyodorkan seluruh karung yang berisi benda-benda berharga alm. mama. Dengan sedih aku membawa semua karung itu menuruni tangga, tetapi hanya satu karung yang ku sisakan dan ku bawa ke kamarku. Semua tentang surat, foto dan pemberian papa kepada alm. mamalah yang tersisa dalam karung itu. Aku merasa sedih, kecewa dan putus asa saat papa tidak ada disini. Aku tidak menyangka seorang ibu tiri tega meletakkan dirinya sendiri sebagai ibu kandung tetapi dengan sikap seperti itu. Dan selama satu hari itu aku hanya dapat menangis dan mengabaikan Mbok Minah yang sudah mengetuk pintuku berkali-kali.

*

              Keeskoan harinya saat aku ingin pergi ke sekolah. "Heh, sini kamu." Aku menoleh dan mendapati mama memanggilku.
"Ada apa ma?"
"Kesekolah jangan manja, dianterin melulu. Sana jalan kaki biar sehat. Pokoknya mama gak mau tau, selama seminggu ini gak ada lagi Mang Ucep yang nganterin kamu, kamu harus jalan pergi kesekolah. Selesai pulang sekolah kamu harus ke pasar beli barang-barang ini, uangnya minta sana sama papa kamu. Udah sana sana pergi." dengan langkah gontai aku menuruti perkataan mama dan berjalan meninggalkan rumah.

*

              "Sel please jawab aku." Riko berusaha mencegahku agar tidak menghindarinya dan menjawab pertanyaannya. "Please sekali ini aja, aku mau tau kenapa kamu akhir-akhir ini gak mau bicara sama aku Sel? Aku salah apa?" Dalam hati aku berkata 'kamu gak salah apa-apa Ko cuma aku gak bisa bicara banyak sama semua orang karena terlalu sakit hati sama perlakuan mamaku'. Sekali lagi Riko berkata "Sel? Kamu masih gak mau jawab pertanyaan aku?"
"Maaf Ko aku capek, aku mau ke uks dulu." Aku pun pergi meninggalkan Riko yang terdiam melihat kepergianku.

*

             Bel pulang pun berbunyi, aku langsung mendatangi Priska dan memaksanya agar aku diperbolehkan main ke rumahnya.
"La lo kaya orang baru kenal aja sih, ya jelas boleh lah La. Tapi kenapa tiba-tiba lo mau main ke rumah gue?  Udah seminggu ini juga lo gak mau ngomong sama gue, sebenernya lo kenapa sih La?"
"Gue? Gak kenapa napa kok. Yuk jalan sekarang aja."
Maafin gue Ka, gue gak berani cerita semuanya ke elo. Maafin gue......

*

           "Jadi beneran lo gak mau sekolah?" tanya Priska kepadaku. Aku melamun dan hanya terdiam, "Rosella Asyifa Wijaya? Lo kenapa sih? Gue takut sama sikap lo selama dua hari belakangan di rumah gue. Sebentar-sebentar elo senyam-senyum sendiri terus ngomong-ngomong sendiri. Lo kenapa sih Sel?" Akhirnya Priska pun tak sanggup menahan air matanya dan mamanya yang mendengar Priska berteriak seperti itu ikut menenangkan putrinya. Lalu Priska mencoba menghubungi dokter dan setelah diperiksa ternyata Rosella mengalami penyakit Down Syndrome(Sakit Jiwa). Dengan segala cara Priska membujuk Rosella agar tetap tinggal di rumah sakit tempat Rosella ditangani dan akhirnya Rosella bisa menerima semuanya. "Maafin semua salah gue La selama ini kalau terlalu menyakiti hati lo atau terlalu egois untuk gak denger semua keluh kesah lo." Ucap Priska sambil menangis memperhatikan Rosella yang senyam-senyum sendiri melihat boneka yang dipegangnya. Sedangkan diluar kamar tersebut, Riko dengan susah hati menahan isak tangisnya supaya tidak terdengar oleh Priska dan berucap dalam hati 'La apapun yang terjadi, gue selalu mejadi kekasih lo. Gue akan selalu terima semua kekurangan lo meskipun sekarang susah bagi gue untuk di akuin oleh lo. Tapi gue masih disini dan akan selalu disini bersama lo La karena gue sayang elo La.'

*

            Hari ke-12 setelah Rosella masuk RSJ, papa menjenguknya. Dan papa tidak menyangka bahwa putri semata wayangnya menjadi stres terlalu berat karena istrinya yang terlalu memaksakan kehendaknya sesuka hati tanpa memikirkan anaknya. Dengan berat hati papa mencium kening Rosella dan menangkap semua rasa kekecewaan yang ada di dalam diri Rosella, menyesal sudah sekarang papa karena telah merubah apa yang semestinya tidak di rubah. "Maaf nak papa salah selama ini, papa udah ngecewain kamu kerena salah memberikan ibu buat kamu. Papa selalu sayang kamu nak, selalu dan maaf sekali lagi karena semua ini salah papa. Sampai kapanpun kamu dan alm. mama kamu takkan pernah terganti di dalam hati papa sayang." Papa mengeluarkan air matanya dengann deras sekali karena menyesali semuanya.

                                                                     
                                                                           The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar